2013-01-08

History Of Topeng Malang-an Padepokan Asmoro Bangun


Wayang Topeng Malang-an (Asmoro Bangun) Dusun Kedung Monggo
                     
        Dusun Kedung Monggo terletak di desa Karang Pandan, Kecamatan Pakisaji. Terletak 11 km dari alun-alun kota malang ke arah selatan. Sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani. Dusun Kedung Monggo dikenal sebagai desa para seniman Wayang Topeng Malangan dan seniman pengrajin Topeng Malangan . Hingga saat ini masih eksis dalam berkesenian Wayang Topeng.  Masyarakat dusun Kedung Monggo masih kuat dalam memegang tradisi para leluhur mereka, salah satunya adalah ritual di “Punden” (awal pemukiman). Setiap senin legi pada bulan sura orang-orang berkumpul di sana mengadakan “Barikan” yang artinya berdoa bersama dan saling tukar menukar makanan.
       Kedung Monggo memiliki arti (kedung) sungai yang dalam, dan “silakan” (Monggo). Sungai yang mengelilingi dusun ini bernama sungai Metro. Menurut cerita banyak orang yang tenggelam disana ketika banjir datang karena sungainya cukup dalam. Tetapi ada kepercayaan lain yang dianut oleh masyarakat disana akan sungai Metro tersebut. Diercayai masyarakat pada zaman dahulu hidup seekor ikan yang bernama “Monggo”, ikan tersebut hidup tetapi tidak punya daging, hanya tulang dan kepala


Sejarah Kesenian Topeng

          Kesenian Topeng Malangan ini sudah ada semenjak kerajaan Majapahit berdiri. Awal dari Kesenian Topeng Malangan ini yaitu berawal dari seorang abdi dalem ukir kabupaten Malang, yang bernama Condro atau dikenal dengan Mbah Reny beliau tinggal di Polowijen Blimbing. Diketahui pula, Gunawan seorang kurir pengantar surat, yang bekerja pada Nyonya Belanda  bernama Ny. Yolis. Dia adalah mantan abdi dalem bupati yang pernah belajar menari pada kanjeng Surya. Setelah Ny. Yolis meninggal, Gunawan mengikuti anak dari Ny. Yolis yang bernama Van der Khol  di desa Blado kecamatan Ngajum. Setelah Van der Khol meninggal dia bersama anaknya Marwan pindah ke Bangelan Kromengan. Disana ia bersama anaknya mendirikan kelompok Wayang Topeng yang salah satu penarinya dari dusun Kedung Monggo yang bernama Serun.
          Setelah Serun pulang ke daerahnya di Kedung Monggo, ia di bantu dengan anaknya yang bernama Kiman. Lalu ia mendirikan sebuah kelompok Wayang Topeng dengan nama “Pandawa Lima”. Kemudian di teruskan oleh anaknya Kiman yang bernama Karimoen, yang kita kenal sekarang sebagai Mbah karimun  (Almarhum). Mbah Karimun (Almarhum) adalah seorang maestro Wayang Topeng Malangan mendapatkan gelar, dari kementrian kebudayaan pada tahun 2009. Kemudian Mbah Karimoen mengganti nama kelompok Wayang Topeng  “Pandawa Lima” (R/H)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar